
Dari sekian banyak yang datang menghampiri, kaulah
yang sempat memberiku keyakinan penuh untuk kembali merasa mekarnya hati
setelah lama layu mengering dan mati suri. Tapi sekarang semua sudah berubah
180 derajat. Kutemuimu hanya mengintip dari balik pandangku. Sebegitu sulitkah
mengakui jika kau merindukanku?. Bila saja kau lebih sederhana mendefinisikan
rindumu dan mengungkapkannya di depan mataku. Maka sudah pasti kerinduanmu akan
terbalas karena aku juga merasakan hal yang sama.
Bukankah kau elang yang gagah perkasa, yang selalu
berani terbang mengangkasa tanpa pernah takut terjatuh. Aku mengerti keadaanmu,
bagaimana orang-orang diluar sana berharap besar terhadap keberhasilanmu. Dan
aku pun yakin kau pasti bisa melaluinya dengan gemilang. Aku juga tak menuntut
banyak padamu untuk selalu menemuiku di sela waktumu, aku hanya ingin
kejelasan, karena kita berjauhan. Bagaimana rasanya rindu yang membumbung ingin
meledak dipisahkan oleh jarak ribuan kilo jauhnya? Aku sudah merasakan
kepedihan rindu yang tak terbalas.
Setelah aku puas menangisi kerinduan hingga kopiku
berubah asin dan tak lagi pahit, setelah ku tak pernah menanggalkan harap untuk
menemuimu di malam hari hingga terjaga sampai pagi, lalu kau tiba-tiba hadir
lagi menanyakan kabar dan mengatakan kau rindu aku. Seperti inikah caramu
membalas rindu? Itu bukan rindu, sama sekali tak kulihat ada sorot kerinduan
dari matamu. Kau hanya bosan dan memilih menemuiku berharap kau mendapat
kesenangan sesudahnya. Kau salah, karena aku bukanlah badut, aku bukanlah
penghibur yang bisa memberimu kesenanangan dan membuatmu puas tertawa
setelahnya. Maaf akan hal itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar